Gambar 1: Perwakilan SWS, Keynote Speaker, dan para Narasumber
Sabtu (17/11) pagi hari, Social Work Forum (SOWRUM) kedelapan kembali digelar di Ruang Komunikasi Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Jl. Gunung Sahari II. Acara ini dihadiri sebanyak 146 peserta yang merupakan praktisi, akademisi, dan mahasiswa dari ISIP, Universitas Indonesia, STISIP Widuri, Universitas Muhamadiyah Jakarta, dan UIN Syarief Hidayatullah. Acara seperti ini rutin dilaksanakan tiap tahunnya oleh Social Work Sketch (SWS). Tidak segan-segan, tema yang diangkat selalu Out of The Box. Tahun 2018 tema yang diangkat “Peran Jitu Survivor dan Pendampingan Pasien Hemodialisis oleh Keluarga, Caregiver, dan Pekerja Sosial.”
Momentum ini berkaitan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun 2018, yang mengambil tema “Aku Cinta Sehat.” Tema acara berkaitan dengan tema Hari Kesehatan Nasional. Dalam sambutannya, Dra. Rini, M.Si, Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta menekankan bahwa acara ini sangat penting, dan sangat jarang sekali sekaligus menjadi terharu karena Ia sendiri merupakan seorang caregiver.
“Saya memiliki suami yang juga seorang pasien hemodialisis, saya bekerja di Dinas Sosial juga berperan sebagai caregiver bagi pasien hemodialisis. Acara ini sangat jarang dilakukan, bahkan untuk satu setengah tahun ini baru ada acara seperti ini yang dilaksanakan. Semoga acara ini dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.” tegas Rini.
Pada sisi lain, Taufik, pada sambutan mewakili SWS menyampaikan bahwa isu ini sangat penting dan diambil karena bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional dan ranahnya Pekerja Sosial Medis.
“Isu diambil karena bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional, dalam isu pekerjaan sosial kita mengangkat isu hemodialisis ini dalam ranah pekerja sosial medis. Sekaligus membuka peluang hadirnya peran Pekerja Sosial dalam pendampingan dan pelayanan pasien hemodialisis.” ujar Taufik, Senior Social Worker di SWS.
Kesempatan dan Tantangan Baru
Tema pada SOWRUM VIII merupakan pertama kalinya diangkat. Para Pekerja Sosial medis, dan juga calon-calon pekerja sosial dapat melihat sebuah kesempatan yang baru. Meskipun, ada banyak tantangan yang harus dilalui seperti kejelasan regulasi praktik, metode, pengetahuan dan keterampilan khusus lainnya mengenai hemodialisis.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber yang terdiri dari survivor, psikolog dan pekerja sosial medis. Dimulai dengan pemutaran video respon pengetahuan masyarakat mengenai hemodialisis, kemudian dilanjutkan sesi Keynote Speaker ole Drs. Arif Nahari, M.Si, Kasubdit LK3 dan LPK Kementerian Sosial. Kemudian dilanjutkan dengan paparan para narasumber.
Narasumber pertama, M. Husni merupakan pasien hemodialisis yang telah berjuang sejak tahun 2001 dan baru melakukan proses HD tahun 2016. Hingga saat ini masih beraktifitas dan menjalani proses HD. Narasumber kedua, H. Artarini seorang pekerja sosial medis di RS. Sint Carolus berbagi pengalaman dan pengetahuan bagaimana peran pekerja sosial medis di rumah sakit, dan hal-hal apa yang penting dalam pendampingan pasien hemodialisis. Dan terakhir, seorang Psikolog sekaligus peneliti pasien-pasien hemodialisis, Rami Busyra Ikram, hasil penelitiannya menegaskan bahwa keluarga juga menjadi orang paling penting dalam pendampingan pasien hemodialisis, namun juga menjadi rentan oleh karena itu perlu mendapatkan bantuan dukungan kelompok yang dapat mempertahankan juga meningkatkan semangat untuk melakukan pendampingan.
Kegiatan ini juga didukung oleh strategic partner yang terdiri dari DPD Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) DKI Jakarta, Rumah Pekerja Sosial, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Djakarta, dan Social Work Assistant (SWA). Momentum acara ini menegaskan adanya kesepakatan bahwa peran pekerja sosial medis sangat penting, perlu adanya dorongan atas regulasi yang tepat serta mendukung, sehingga layanan yang diberikan kepada pasien hemodialisis menjadi lebih maksimal.
Gambar 2: Taufik S.R, M.Sos memberikan sambutan mewakili SWS